MTsN 6 Banyuwangi Dikunjungi Penyair Internasional dalam Jambore Sastra Asia Tenggara

Sastrawan Malaysia Kunjungi MTsN 6 Banyuwangi

Sastrawan Malaysia Kunjungi MTsN 6 Banyuwangi (Dok. Tawangalun.com)

Sebagai bagian dari acara Jambore Sastra Asia Tenggara dalam Festival Sastra dan Gandrung Sewu, 200 penyair yang mengunjungi 33 sekolah tingkat SMP, MTs, MA, dan SMA di Kabupaten Banyuwangi.

Salah satu sekolah yang ikut serta dalam program “Sastrawan Goes to School” adalah MTs Negeri 6 Banyuwangi yang terletak dekat Pasar Sapi Karangharjo, Glenmore.

Beberapa sastrawan yang hadir antara lain Norasmah Binti Mohd Noor dari Malaysia, Tri Wulaning Purnami, seorang guru SMKN 1 Surabaya, Yeti Chotimah, guru SMPN 3 Rogojampi yang aktif dalam seni budaya dan literasi, serta Bung Aguk Wahyu Nuryadi yang terkenal sebagai pembimbing dalam pembacaan puisi, pidato, pantomim, dan bercerita.

Acara pada Jumat, 25 Oktober 2024, dimulai dengan sambutan hadrah bersholawat, Mars MTsN 6 Banyuwangi, dan pantun dari siswa-siswi sebagai ucapan selamat datang kepada para sastrawan.

Kepala MTsN 6 Banyuwangi, Kholiq Masduki, S.Pd., M.Si., menyambut hangat kedatangan para sastrawan.

“Ini kesempatan langka bagi murid-murid kami untuk belajar langsung dari para penyair. Semoga anugerah ini dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh murid kami. Dengan menulis, mereka akan semakin mengasah adab dan akhlak,” ujar alumni Universitas Jember dan ITS tersebut.

Wakil Kepala Bidang Kesiswaan, H. Nur Saewan, M.Pd., yang juga anggota Komunitas Lentera Sastra dan pencipta Mars MTsN 6, memberikan pandangan sekilas mengenai sejarah dan wisata Glenmore.

Di antaranya, wisata unggulan Glenmore mencakup perkebunan kopi, cokelat, karet, dan tebu, serta 13 destinasi wisata lainnya, yang menjadikan Glenmore disebut sebagai “Secuil Eropa di Pulau Jawa.”

Dalam acara ini, dua siswi, Fitri dan Nazifa El Hadi, juga membacakan puisi. Fitri membawakan karya bertema Hari Santri, sedangkan Nazifa dengan penuh heroik membacakan puisi karya Bung Karno.

Acara yang dipandu Ibu Setyorini ini diikuti oleh 101 murid dari kelas 7, 8, dan 9 A. Materi pertama dibawakan oleh Cikgu Norasmah yang menjelaskan cara menggali ide cerita dari pengalaman pribadi, curhatan teman, atau situasi di sekitar.

“Hebat, dalam 5 menit, ada 8 anak yang mampu menulis cerita anekdot!” ujar dosen dari Melaka Selangor ini.

Meskipun sering berkunjung ke Indonesia, ini adalah kali pertama beliau ke Banyuwangi. “Teruslah berkarya, suatu saat nanti kalian bisa diundang ke Malaysia!” ucapnya yang disambut tepuk tangan meriah.

Ketika Arina, salah satu murid, bertanya mengenai perbandingan literasi di Malaysia dan Indonesia, Cikgu Norasmah memuji etos kerja orang Madura dan Minang di negaranya.

Pemateri selanjutnya, Bu Wulan, yang sudah menerbitkan lebih dari 100 karya sastra dan dinobatkan sebagai salah satu dari 10 penulis fiksi terbaik di Jawa Timur, menjelaskan bahwa puisi memiliki teori dan aturan tersendiri.

“Puisi lebih padat daripada novel dan cerpen,” jelasnya. Ia juga memberi tugas kepada murid untuk membuat puisi minimal 3 baris dan maksimal 3 bait, serta memilih 3 karya terbaik.

Bung Aguk kemudian membagikan tips untuk memenangkan lomba baca puisi, sekaligus mempraktikkan teknik pernapasan, artikulasi, dan penggunaan suara perut.

“Pembimbing sebaiknya tidak langsung menyuruh anak membaca, tapi terlebih dahulu mengkaji puisi untuk memahami intinya,” tutur beliau, yang merupakan pembina Sanggar Merah Putih ’45, dengan banyak muridnya yang berhasil meraih trofi lomba.

Bung Aguk juga sempat membacakan puisinya yang dikurasi dalam Banyu 7 Sumber.

Mbok Yeti Chotimah, Ketua MGMP Bahasa Using dan Guru Penggerak SMPN 3 Rogojampi, turut membacakan puisi dari buku Ijen Purba: Tanah Air Batu, sambil memberikan apresiasi terhadap kreativitas peserta didik.

Kunjungan ini memberikan nuansa sastra di lingkungan MTsN 6, dimulai dengan menikmati kopi robusta Kalibaru di lounge transit, dan diakhiri dengan acara makan siang di Doesoen Kakao, menyajikan berbagai hidangan bernuansa cokelat yang dipandu oleh Budiyati, seorang pendidik yang bersuamikan seorang sinder. (AWN/YC)

Previous Post Next Post