![]() |
Penyair Goes to School di MTsN 10 Banyuwangi (Dok. Tawangalun.com) |
Kegiatan Penyair Goes to School dalam rangka Jambore Sastra Asia Tenggara diadakan dengan penuh semangat di Aula MTsN 10 Banyuwangi pada hari Jumat, 25 Oktober 2024.
Acara ini berhasil menarik perhatian banyak orang, terutama para siswa yang hadir dengan semangat tinggi.
Dalam acara ini, dua pembicara utama yang hadir untuk berbagi pengetahuan adalah Siswanto, S.Pd., M.A., seorang penyair yang berasal dari Sumenep dan saat ini mengajar di Universitas Jember, serta Aekanu Haryono, yang menjabat sebagai Ketua Komunitas Killing Osing Banyuwangi dan juga anggota Majelis Kehormatan Dewan Kesenian Belambangan.
Dalam sesi tersebut, Siswanto menyampaikan materi yang berfokus pada teknik menulis sastra.
Dengan cara penyampaian yang menginspirasi, ia mengajak siswa untuk menggali lebih dalam dunia kepenulisan sastra dari perspektif kreativitas dan teknik.
Ia juga memberikan berbagai tips penting yang dapat membantu siswa dalam memulai dan mengembangkan karya sastra yang berkualitas.
“Saya sangat terkesan dengan kemampuan siswa MTsN 10 Banyuwangi dalam memahami teknik menulis puisi yang berdasarkan pada kearifan lokal. Siswa di sini memiliki keterampilan menulis yang sangat baik, dan kami sangat terkejut dengan hasil puisi-puisi yang mereka tampilkan. Potensi ini perlu terus dipertahankan dan dikembangkan agar semakin berkembang,” jelas Siswanto, yang merupakan lulusan FKIP Universitas Jember dan Universitas Gadjah Mada.
Sementara itu, Aekanu Haryono, yang juga dikenal sebagai pemandu wisata terkenal di Banyuwangi, berbagi pandangannya tentang pentingnya sastra dan budaya lokal dalam menciptakan identitas bangsa.
Karya-karya Aekanu, seperti bukunya berjudul Sri Tanjung Hidup Lagi, telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, menunjukkan tingginya apresiasi terhadap sastra lokal di tingkat internasional.
Aekanu menggarisbawahi bahwa menulis karya sastra yang berakar pada tradisi dan kearifan lokal adalah cara untuk melestarikan identitas budaya bangsa.
Kepala MTsN 10 Banyuwangi, Sugeng Maryono, S.Pd., M.M., menyampaikan ucapan terima kasih kepada para penyair dan semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan acara ini.
“Kami sangat bersyukur atas kehadiran dan kontribusi para penyair. MTsN 10 Banyuwangi merasa bangga bisa menjadi lokasi untuk kegiatan Penyair Goes to School. Semoga acara ini bisa memberikan motivasi dan inspirasi bagi siswa-siswi kami untuk lebih mengenal dan mencintai dunia sastra serta aktivitas menulis,” ungkapnya.
Acara ini disambut antusias oleh siswa-siswi yang berkesempatan untuk berdialog langsung dengan kedua penyair tersebut.
Diharapkan, kegiatan ini dapat memotivasi generasi muda untuk semakin mencintai sastra, baik sebagai bagian dari kebudayaan maupun sebagai alat untuk pengembangan diri.
Sebagai bentuk penyambutan, MTsN 10 Banyuwangi menampilkan berbagai pertunjukan seni, termasuk tarian, pembacaan puisi, dan Lomba Keterampilan Baris-Berbaris (LKBB) yang sebelumnya meraih juara dalam kegiatan Dispora dan Radar Banyuwangi. Setelah acara, para tamu diundang untuk menikmati hidangan ikan bakar di pantai Blimbingsari.
Salah satu narasumber yang sering membawa seni budaya Banyuwangi ke berbagai daerah di Nusantara dan mancanegara mengungkapkan rasa kagumnya.
“Kami ini adalah pengamat seni, tetapi karena terpesona dan menikmati sambutan dari warga pendidikan MTsN 10, kami bahkan lupa untuk mengambil gambar, apalagi merekam video!” katanya.
Acara Penyair Goes to School ini tidak hanya memberikan pengalaman yang berharga bagi siswa-siswa, tetapi juga mempererat hubungan antara pelajar, seniman, dan masyarakat yang peduli terhadap kemajuan sastra di Banyuwangi. (Syaf/AWN)